Pendidikan

Sepekan di Papua, Mohammad Hairul dan Literasi yang Berakar pada Kearifan Lokal

×

Sepekan di Papua, Mohammad Hairul dan Literasi yang Berakar pada Kearifan Lokal

Sebarkan artikel ini
Mohammad Hairul menerapkan pendekatan edukasi-etnografis dalam kunjungannya ke SMKN 3 Sorong, Papua Barat Daya.

Sorong, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di tanah Papua yang kaya warna dan cerita, literasi tumbuh bukan sekadar dalam buku, tetapi juga dalam tutur, simbol, dan tradisi yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami, mengolah, dan menerapkan ilmu dalam keseharian yang dipenuhi dengan kearifan lokal.

Example 300x600

Kesadaran inilah yang dibawa Mohammad Hairul, S.Pd, M.Pd, seorang Instruktur Nasional Literasi Baca Tulis sekaligus Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur, dalam perjalanannya ke SMKN 3 Sorong, Papua Barat Daya.

Sepekan berada di Papua, Mohammad Hairul yang juga merupakan Ketua PC LTN NU Bondowoso, Jawa Timur, tidak sekadar berbagi ilmu, tetapi juga menimba ilmu—menyelami bagaimana literasi tumbuh dalam kehidupan masyarakat setempat.
Di SMKN 3 Sorong, Mohammad Hairul hadir sebagai bagian dari kegiatan Redesain Program Penguatan Literasi, sebuah upaya membangun kembali literasi sebagai sesuatu yang lebih dekat dengan keseharian siswa dan guru.

Acara ini dibuka oleh Kepala SMKN 3 Sorong, Umar Singgih, S.Pd, yang dalam sambutannya mengajak seluruh peserta untuk benar-benar terlibat, bukan sekadar hadir.

“Mari kita buka hati dan pikiran. Literasi bukan hanya soal huruf dan kata, tetapi bagaimana kita memahami dunia dengan lebih baik. Ilmu yang kita serap hari ini, semoga bisa menjadi bekal untuk membangun sekolah dan komunitas kita,” ungkapnya penuh semangat.

Selama sepekan, peserta diajak untuk menggali kembali makna literasi melalui berbagai materi, mulai dari memperkuat konsep literasi, membangun budaya literasi di sekolah, merancang literasi dalam ekstrakurikuler, hingga mengintegrasikannya dalam pembelajaran.

Namun, yang membuat kegiatan ini berbeda adalah bagaimana Mohammad Hairul mendekatinya. Ia tidak hanya menyampaikan teori, tetapi benar-benar mendengarkan, bertanya, dan memahami kondisi sekolah serta tantangan yang dihadapi.

Gaya penyampaiannya yang interaktif dan penuh energi membuat suasana belajar terasa hidup. Para peserta tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga terlibat langsung dalam diskusi, berbagi pengalaman, dan merancang program literasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketua komunitas belajar bahasa selaku ketua panitia, Lastri Nainggolan, S.Pd, Gr., merasakan betul dampak dari pendekatan ini. “Kami diajak untuk melihat literasi dari sudut pandang yang lebih luas, lebih dekat dengan realitas sekolah kami. Rasanya bukan hanya mendengar teori, tapi benar-benar diajak berpikir dan menemukan solusi yang paling pas,” tuturnya.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, para peserta bersama Mohammad Hairul merancang proyek menulis kreatif berbasis kearifan lokal yang akan menampung karya siswa dan menerbitkannya dalam bentuk buku antologi. Ini menjadi langkah nyata dalam mengaplikasikan literasi dalam kehidupan nyata siswa dan sekolah.
Sepekan di Papua bukan hanya tentang berbagi ilmu, tetapi juga tentang menyelami kehidupan.

Pendekatan edukasi-etnografis yang diterapkan dalam kegiatan ini mengajarkan bahwa literasi tidak bisa dipaksakan dalam satu pola yang sama di setiap tempat. Setiap komunitas memiliki tantangan dan potensinya sendiri, dan memahami itu adalah langkah awal untuk menciptakan program literasi yang benar-benar bermakna.

Ketika akhirnya kegiatan ini berakhir, bukan hanya peserta yang mendapatkan wawasan baru, tetapi juga Mohammad Hairul sendiri. Dengan berintegrasi langsung dengan penduduk lokal dan lingkungan alamnya, maka kami merancang bersama penguatan literasi yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan sekolah.

Papua, dengan segala keberagamannya, kembali mengingatkan bahwa literasi sejatinya bukan hanya tentang kata-kata dalam buku, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami dan terhubung dengan dunia di sekitar kita.

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.