Natuna, LENSANUSANTARA.CO.ID — Malam Sabtu (11/10) di Lapangan Astaka, Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, terasa seperti final liga nasional. Ribuan warga memadati tepi lapangan, berdiri berjejal hingga ke pinggir jalan, menyaksikan duel panas voli putri antara NBC dan Pelantar Laut. Udara pesisir yang lembap tak menghalangi semangat warga; tepuk tangan, sorak-sorai, dan teriakan dukungan saling bersahutan.
Namun kali ini, tim kebanggaan warga, NBC, harus mengakui ketangguhan lawannya. Pelantar Laut tampil ganas dan tanpa ampun. Dalam tiga set cepat, mereka menutup pertandingan dengan skor telak: 25-8, 25-10, dan 25-2.
Sejak awal pertandingan, tempo tinggi langsung dimainkan. Pelantar Laut, dengan seragam biru hitam, melancarkan serangan tajam dan servis keras yang kerap membuat barisan belakang NBC kelimpungan. Di sisi lain, NBC yang mengenakan seragam putih-hijau tampak kesulitan keluar dari tekanan.
“Kalau NBC main, pasti ramai. Tapi malam ini Pelantar Laut mainnya luar biasa,” ujar Febrian, salah satu penonton yang datang sejak awal laga dimulai.
Kekalahan ini menjadi pukulan bagi NBC. Namun, bagi warga yang memadati Lapangan Astaka, hasil akhir bukan segalanya. Pertandingan ini tetap menjadi magnet hiburan di tengah rutinitas pesisir.
Lampu sorot memantul di wajah-wajah penonton yang antusias. Sementara para pedagang gorengan dan minuman dingin sibuk melayani pembeli.
“Yang penting ramai, rezeki lancar,” kata Ujang, pedagang yang mengaku dagangannya laku dua kali lipat dari hari biasa.
Turnamen antar-klub se-Kelurahan Sedanau yang digelar AKAPVI (Anak Kampung Pecinta Voli) ini memang lebih dari sekadar olahraga. Ia sudah menjadi ajang sosial—pesta rakyat yang menghidupkan malam di ujung Kepulauan Natuna.
Di tengah riuh penonton, satu hal terasa jelas: di Sedanau, voli bukan hanya soal skor. Ia adalah cerita tentang semangat, kebersamaan, dan kebanggaan kampung yang terus menyala di tangan AKAPVI (Anak Kampung Pecinta Voli).