Natuna, LENSANUSANTARA.CO.ID — Pagi itu, Minggu, (12/10/2025), matahari baru menyingkap sinarnya, memantul lembut di permukaan laut Pelantar Laut, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat. Embun masih menempel di semen ketika warga mulai duduk berdampingan dalam barisan lurus, rapi dan hening, menatap cakrawala yang perlahan berubah keemasan.
Di tengah kesunyian pelantar, tercipta suasana khidmat yang hangat. Doa-doa yang dipanjatkan mengalir lembut, seolah menutup pagi dengan harapan yang sama: agar Sedanau selalu aman, damai, dan jauh dari bencana. Barisan lurus itu, sederhana namun penuh disiplin, menjadi simbol kekompakan dan kebersamaan yang tak kalah kuat dari doa itu sendiri.
Kegiatan Doa Tolak Bala Lintas Agama, yang dimulai pukul 05.00 WIB, lahir dari inisiatif warga Pelantar Laut. Hadir pula unsur pemerintah Kecamatan Bunguran Barat, Kelurahan Sedanau, jajaran Polsek dan TNI, serta tokoh masyarakat. Mereka duduk bersama, tanpa sekat, menyatu dalam satu tujuan: melindungi kampung halaman yang mereka cintai.
Doa bersama dipimpin secara bergantian oleh perwakilan masing-masing agama — Islam, Kristen, dan Buddha, sesuai dengan tata cara dan kepercayaan masing-masing. Meski berbeda keyakinan, semua doa mengalun dalam nada yang sama: permohonan agar Sedanau dijauhkan dari marabahaya dan diberkahi ketenangan.
Toleransi dalam Diam
Camat Bunguran Barat, Khaidir, menatap barisan warga dengan senyum hangat, menyampaikan ucapan terima kasih dan mengapresiasi warga Pelantar Laut atas semangat gotong royong, sehingga terwujudnya kegiatan tersebut.
“Acara ini bukan sekadar memanjatkan doa agar dijauhkan dari bencana. Lebih dari itu, ini memperkuat toleransi, silaturahmi, dan kekompakan di antara kita,” katanya, Minggu, 12 Oktober 2025 pagi.
Harapan yang Terpatri di Barisan Lurus
Pelantar Laut tak asing dengan musibah. Kebakaran beberapa kali melanda, termasuk yang baru-baru ini terjadi. Namun pagi itu, barisan warga yang hening menjadi bukti bahwa doa, kebersamaan, dan persaudaraan adalah benteng tak terlihat namun kuat.
Acara diakhiri dengan santap bersama, sederhana namun hangat, di tengah aroma laut yang menenangkan. Dari barisan lurus yang tenang itu, tersirat pesan yang jelas: bencana bisa datang kapan saja, tetapi toleransi, gotong royong, dan kekompakan adalah perisai yang selalu siap melindungi.