BeritaFeatured

Jambul Kusumo: Nguri-uri Sejarah Makam Pangeran Santiyoga Lasem

×

Jambul Kusumo: Nguri-uri Sejarah Makam Pangeran Santiyoga Lasem

Sebarkan artikel ini

Rembang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Situs makam Pangeran Santiyoga/Kyai Ageng Gada, putra ke tujuh dari Empu Santibadra dan Dewi Sukati. Pangeran Santiyoga diperkirakan lahir tahun 1462 Masehi dan hingga sekarang belum diketahui tahun meninggalnya.

Example 300x600

Seorang tokoh pelestari situs sejarah yang bernama Mas Ngabei Moch Nurul Anwar Prasetyo (55) alias Jambul kusumo. Lelaki yang berasal dari Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Karena kepeduliannya. Ia merawat makam tokoh sejarah yang ada di desanya, yaitu makam Pangeran Santiyoga atau Kyai Ageng Gada. Yang juga disebut Bapak Pathol (gulat) Rembang. Makam yang dulunya banyak ditumbuhi rumput ilalang berangsur – angsur menjadi bersih.

Mbah Jambul yang dinobatkan sebagai juru kunci makam sering membersihkan lokasi makam. Selain itu, ia merupakan Abdi Dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Wajar kalau Mbah Jabul peduli terhadap situs sejarah dan budaya yang ada wilayah Kabupaten Rembang. Ia sering sowan di beberapa makam leluhu yang ada di Lasem.

Persahabatan mbah Jambul Kusumo dengan mbah Sumarsono/Ki Asem Gede Bonang, mengantarkan pada sebuah program kegiatan penataan makam Pangeran Santiyoga.

“Kerjasama antara Paguyuban Asem Gede dengan mbah Jambul serta lembaga desa Punjulharjo akhirnya disepakati untuk menata pagar makam dan bangunan makamnya,” terang Mbah Jambul Saat di temui wartawan LENSANUSANTARA.CO.ID, Sabtu (6/3/2021).

Mbah Jambul menambahkan pada tanggal 29 November 2020 mulai dilakukan syukuran di makam Pangeran Santiyoga menandai dilakukan pondasi pagar. Banyak pihak yang hadir menyaksikan peletakan batu pertama. Peletakan batu sendiri dilakukan oleh mbah Sumarsono/Ki Asem Gede Bonang.

Ia berharap semoga kegiatan penataan dan pelestarian situs makam Pangeran Santiyoga membawa berkah bagi dunia pariwisata di Desa Punjulharjo dan Kabupaten Rembang.

” Kuburan bukan sekedar gundukan tanah tempat menimbun orang mati. Agar kita tidak lupa dengan leluhur. Kudu eling leluhur ayo tilik kubur,” pungkasnya.(agung)

Tinggalkan Balasan