Trenggalek, LENSANUSANTARA.CO.ID – Acara halal bihalal dan pementasan seni jaranan Argo Laras di Desa Karangtengah, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek bertepatan di lapangan kali gesing Minggu (30/04/023), disambut antusiasme oleh warga serta sangat menghibur.
Hiburan kesenian jaranan tersebut bertepatan dengan H+8 Idul Fitri 1444 H, yang sekaligus perayaan lebaran kupatan karena telah menjalankan puasa Syawal selama lima hari. Puasa Syawal dilakukan pada hari kedua, hingga hari ke-tujuh serta telah menjadi tradisi kearifan lokal masyarakat Trenggalek.
Edi, ketua panitia saat diwawancarai oleh awak media lensanusantara.co.id mengatakan, bahwa dirinya sengaja mendatangkan seniman jaranan Argo Laras dari warga Desa Karangtengah maupun pemain dari desa tetangga ini dikarenakan kesenian jaranan sangat digemari oleh warga masyarakat.
Apalagi dirinya pun tak ingin kesenian jaranan di klaim sebagai kesenian negara lain.
“Kita tak ingin kesenian jaranan diakui oleh negara lain. Makanya, Saya undang seniman jaranan yang masih muda-muda agar warga saya, terutama kaum muda atau milenialnya, lebih mengenal kesenian jaranan dan mencintai, hingga tak punah,” tuturnya panjang lebar.
Apalagi selama pandemi Covid-19, masyarakat Trenggalek mengalami tak diperbolehkan untuk berkumpul dan tidak diperkenankan mengadakan pertunjukan yang mengundang banyak orang.
“Selama beberapa tahun yang lalu masyarakat Desa Karangtengah tak diperbolehkan mengadakan kegiatan yang sifatnya berkumpulnya warga. Dikarenakan Covid-19, dan oleh Pemerintah dihimbau untuk melaksanakan prokes yang ketat agar Virus Corona tidak menyebar,” jelasnya.
Pada pagelaran itu, nampak seniman jaranan Argo laras melakukan pentasnya di lapangan kali gesing, namun tidak diatas panggung. Dan penonton pun dengan tertib menyaksikannya,
Edi juga menjelaskan, Festival Kupatan ini sarat makna dan memiliki filosofi yang tinggi, sehingga penting untuk ditularkan, serta diketahui oleh generasi penerus sebagai pembelajaran yang berharga.
“Kupat maknanya adalah ngaku lepat (mengaku salah), manusia tempatnya salah, sehingga harus saling memaafkan setelah sebulan penuh menjalankan puasa ramadhan dan ditutup dengan Idul Fitri,” imbuhnya.
“Bahwa ketupat yang dihadirkan saat lebaran merupakan perwujudan ungkapan syukur kepada Allah SWT, dimana ketupat memiliki sisi empat bermakna bahwa setelah lebaran dan berhasil melewati rukun islam ke empat yakni puasa, menjadi tanda bahwa manusia bisa menahan hawa nafsu yang ada dalam dirinya yakni, nafsu amarah (emosional), lauwamah (biologis),” pungkasnya. (yanto)