Hukum

Beberapa Sungai di Jember Tercemar, Perlu Perda Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

×

Beberapa Sungai di Jember Tercemar, Perlu Perda Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sebarkan artikel ini
Kepala Pengelolaan TPA Pakusari Jember
Kondisi Sungai Jompo di sebelah Rumah Bupati Jember, Rabu 27/9/2023.(Foto: Badri/LensaNusantara).

Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Hampir seluruh aliran sungai di Jember termasuk Sungai Bedadung, Sungai Kalijompo, Sungai Mayang dan Sungai Bondoyudo sudah tercemar. Apabila hal itu dibiarkan dampak terburuk lain yang dapat ditimbulkan ikan yang tercemar limbah berbahaya, Rabu (27/9/2023).

Masbut, Kepala Pengelola TPA Pakusari Jember mengatakan, Peraturan Daerah perlu diterapkan ditengah kondisi lingkungan yang sudah mulai rusak bahkan di Jember beribu gumuk saat ini hanya tinggal 10 gumuk, Sungai Bedadung, Sungai Kalijompo, Sungai Mayang dan Sungai Bondoyudo sekarang sudah tercemar.

Example 300x600

“Kita perlu peraturan daerah tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Generasi yang akan datang akan menikmati alam yang rusak, lingkungan yang tercemar polusi di jalanan juga mengkhawatirkan,” tutur Masbut.

Kemudian lanjutnya, sungai yang fungsinya untuk kehidupan malah saat ini dijadikan untuk pembuangan sampah. Selain itu sungai untuk kehidupan manusia mulai dari mandi, mencuci, bahkan untuk bahan makanan seperti ikan dan bahkan pengusaha tempe yang menggunakan Sungai Bedadung untuk mambasuh tempenya.

“Di lain pihak, membuang sampah bahkan bukan sampah biasa di buang mulai dari pembalut wanita dan pampers. Setiap kita membersihkan sungai yang kita dapat 80 persen pembalut wanita,” terang Masbut.

Ia menambahkan, bahwa Gumuk yang ada di Jember mulai rata, sehingga puting beliung dimana-mana bahkan tambahnya di Bromo sampai 27 hektar dan TPA juga terbakar di Bandung. Oleh karena itu, akhirnya pemerintah kota dan kabupaten wajib melaksanakan Raperda tentang pengelolaan lingkungan hidup.

“Mengelola lingkungan itu dan pembangunan mengarah wawasan lingkungan hidup, yakni membangun suatu pabrik tapi di sana mencemari lingkungan wajib kita tolak,” tegasnya.

Masih kata Masbut, Sungai Jompo mengalami pendangkalan mencapai 10 cm setiap tahun tinggal menunggu waktu, sebab analisanya kondisi alam di hulu pepohonan habis hanya tinggal tanaman produksi yang tumbuh dan mudah longsor.

“Begitu hujan terus menerus tanah longsor juga membawa lumpur dan bongkotan bambu, kami melihat langsung di bawah jembatan jompo ada 3 truk bambu yang menghambat jalannya air tersebut,” pungkasnya. (Dri).

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.