Malang, LENSANUSANTARA.CO.ID — Dalam keheningan yang penuh rasa duka, Polres Malang menggelar doa bersama pada Selasa (1/10/2024) di Masjid Al Ajmi, Satpas Prototype. Acara yang berlangsung khusyuk ini diadakan untuk mengenang dua tahun Tragedi Kanjuruhan, tragedi yang tak akan pernah dilupakan oleh ribuan hati yang terluka pada 1 Oktober 2022.
Dengan wajah penuh harapan, Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, memimpin acara yang dihadiri oleh 52 keluarga korban. Mereka datang dari berbagai penjuru Kabupaten Malang, membawa kenangan yang tak pernah pudar tentang mereka yang telah tiada. Suasana di masjid semakin syahdu saat lantunan doa dipimpin oleh para tokoh agama, mengirimkan doa bagi mereka yang telah berpulang.
“Hari ini, tepat dua tahun sejak tragedi itu terjadi. Kami di sini, tetap bersama keluarga korban, memastikan bahwa mereka tidak berjuang sendirian,” ujar AKBP Putu Kholis dengan suara penuh empati. Ia menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar ritual, tetapi wujud nyata komitmen Polres Malang untuk selalu ada bagi mereka yang terdampak tragedi.
Sambil menahan haru, Kapolres menjelaskan bahwa doa bersama ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan yang akan terus diadakan untuk mendampingi keluarga korban, memastikan bahwa setiap harapan dan suara mereka tetap didengar. “Kami akan terus membantu mereka dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga dukungan bagi usaha kecil mereka. Ini bukan janji kosong, ini adalah tanggung jawab kemanusiaan,” tegasnya.
Tak hanya di masjid, suasana haru juga menyelimuti berbagai lokasi di Malang, di mana keluarga korban turut mengadakan doa di rumah masing-masing. Di masjid-masjid sekitar kota, lantunan doa mengalun, mengikat hati seluruh masyarakat Malang dalam satu rasa: duka dan harapan.
Acara puncak akan digelar sore nanti di Gate 13 Stadion Kanjuruhan, tempat di mana tragedi itu terjadi. Di sana, keluarga korban, yayasan, dan masyarakat akan berkumpul untuk mengenang dan mendoakan. Waskita Karya, yang telah memberi dukungan penuh, ikut berperan dalam memfasilitasi kegiatan ini. Gate 13 kini telah menjadi monumen hidup, simbol dari harapan bahwa tragedi seperti ini tak akan pernah terulang.
“Tragedi Kanjuruhan bukan hanya duka bagi keluarga korban, tetapi juga pengingat bagi kita semua untuk selalu introspeksi. Kami di Polres Malang berkomitmen untuk mendampingi mereka sepanjang waktu, tanpa batas,” tutup AKBP Putu Kholis dengan tekad yang kuat.
Dengan komitmen yang terus mengalir dan empati yang tak lekang oleh waktu, doa bersama ini adalah bukti bahwa harapan masih hidup, bahkan di tengah duka yang terdalam. Solidaritas antara keluarga korban dan masyarakat menjadi kekuatan baru untuk melangkah ke depan, menjadikan tragedi ini sebagai pengingat akan pentingnya keadilan dan kemanusiaan.(Ryo)