Jember, LENSANUSANTARA.CO.ID – Universitas Jember mengukuhkan 6 guru besar dalam bidang humaniora dan sains. Salah satunya yakni Prof. Dr. Sukatman, M.Pd. guru besar pada bidang tradisi lisan dan pembelajarannya. Prof. Sukatman putra daerah Blitar dan alumnus S1, S2, dan S3 Universitas Negeri Malang. Kamis, 17 April 2025
Saat ini Prof. Sukatman menjadi ketua kelompok riset Tradisi Lisan dan Industri Kreatif di FKIP Universitas Jember.
Karya-karya yang terbit (buku dan artikel internasional) berorientasi pada tradisi lisan nusantara dan pembelajarannya. Kajian utamanya berfokus pada cerita rakyat, mitologi penciptaan batik dan keris, penamaan wilayah, ritual tradisional, aksara purba, dan mitologi pada situs megalitikum nusantara.
“Profesor bukan akhir pencapaian sebagai dosen, melainkan tugas luhur dan pintu awal untuk selalu berkontribusi dalam pembangunan sosial budaya dan teknologi, baik dalam lingkup akademik maupun non akademik. Seorang profesor harus mampu menjadi suluh intelektual, suri tauladan baik secara akademik, etika, dan moral” sambutan Rektor UNEJ.
“Kami mengucapkan selamat kepada Prof. Sukatman, wawasan beliau sangat menginspirasi kami yang muda-muda dengan cara sering mengajak diskusi maupun ngobrol ringan tentang mitologi, keris, batik, toponimi, dan hal-hal terkait riset. Kami banyak belajar banyak hal dari beliau, khususnya tentang khazanah kebudayaan nusantara dan tradisi lisan lainnya” ujar Furoidatul Husniah.
Pemahaman terhadap tradisi lisan, benda budaya, dan ritual tradisional nusantara perlu dilakukan dalam konteks budaya sendiri, dan bukan dalam sudut pandang bangsa lain yang distorsif.
“Tafsir yang menyimpang akan menggeser memori kolektif bangsa Indonesia, dampaknya kita bisa kehilangan identitas sebagai bangsa, karena mitologi berpikirnya telah geser atau bahkan hilang dan berpindah ke mitologi berpikir bangsa lain.
Berpikir kritis merupakan pilihan yang tepat dalam memahami budaya nusantara yang daya simboliknya amat tinggi” jelas Prof. Sukatman dalam orasi ilmiahnya.
Tradisi tidak perlu dibenturkan dengan agama karena sejatinya tradisi nusantara adalah aktualisasi dari cara leluhur merekam identitasnya yang sejak dahulu berbudaya, bernegara, meyakini Tuhan yang maha kuasa, dan selalu menjaga marwahnya sebagai bangsa yang terhormat.
Hal ini menjadi pesan penting dari leluhur kepada penerus bangsa ini agar Tuhan berpihak kepada bangsa kita, dan Negeri tetap Lestari.
Pengetahuan tersebut dapat diberdayakan bagi upaya pemertahanan negara serta arah kebijakan pendidikan nasional. Aktivitas pendidikan kita seyogyanya mencermati hal tersebut untuk merawat nilai luhur dan menjaga identitas sebagai bangsa yang besar.