Wisata

Wujudkan Zero Waste Tourism, Sumenep Terapkan Teknologi 3R dalam Pengolahan Sampah

271
×

Wujudkan Zero Waste Tourism, Sumenep Terapkan Teknologi 3R dalam Pengolahan Sampah

Sebarkan artikel ini

Sumenep, LENSANUSANTARA.CO.ID – Kabupaten Sumenep terus mendorong lahirnya pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui konsep Zero Waste Tourism. Salah satu langkah nyata diwujudkan melalui kegiatan “Pelatihan Penerapan Teknologi Pengolah Sampah dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan penggunaan alat pengolah sampah (insenerator)”.

Program ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat, yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, pada tahun pendanaan 2025, dengan nomor kontrak B/077/UM46.1/PT.01.03/BIMA/PM/2025.

Example 300x600

Kegiatan ini dipimpin oleh Ana Tsalitsatun Ni’mah, S.Kom., M.Kom., bersama tim dosen dan mahasiswa. Program ini tidak hanya menyalurkan teknologi, tetapi juga mendampingi masyarakat untuk lebih mandiri dan kreatif dalam mengelola sampah, khususnya di kawasan wisata yang menjadi wajah daerah.

Salah satu lokasi penerapan kegiatan adalah Wisata Pantai Matahari, Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep. Pantai ini memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata, namun juga menghadapi persoalan lingkungan yang cukup serius. Hampir setiap hari, kawasan ini menerima sampah kiriman dari laut, mulai dari plastik, kayu, hingga sampah rumah tangga yang bercampur lumpur.

BACA JUGA :
Pengurus FKMSB Sumenep Resmi Dilantik, Sempat Vakum Sejak 2015 Kini Komitmen Dorong Kemajuan Daerah

Selama ini, pengelolaan sampah di Pantai Matahari hanya mengandalkan pengumpulan manual dan kemudian diangkut oleh petugas sampah. Namun, keterbatasan armada serta jadwal pengambilan yang tidak setiap hari menyebabkan sampah sering menumpuk. Kondisi ini tentu mengurangi kenyamanan pengunjung dan merusak citra wisata.

Untuk itu, kehadiran insenerator menjadi sangat penting. Alat ini dapat membantu masyarakat maupun pengelola wisata mengolah sampah secara mandiri, khususnya sampah yang sulit diolah seperti sampah bercampur lumpur.

Dengan insenerator, volume sampah dapat berkurang drastis, sehingga area wisata tetap bersih dan nyaman tanpa harus menunggu petugas sampah datang.

Program ini tidak berhenti pada pemberian insenerator semata. Melalui pelatihan berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle), masyarakat dan pengelola wisata diajak untuk menemukan berbagai inovasi kreatif dalam pengelolaan sampah. Misalnya, sampah plastik dapat diolah menjadi ecobrick untuk bahan bangunan, atau diubah menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual.

BACA JUGA :
UU KIP Terhalangi, Masyarakat Sapudi Sumenep Kehilangan Hak Memantau Perilaku Pejabat Publik

Ana Tsalitsatun Ni’mah menegaskan bahwa masalah sampah kiriman laut tidak akan pernah selesai hanya dengan satu cara. “Permasalahan sampah ini akan terus berlanjut karena sampah-sampah kiriman laut akan terus berdatangan. Oleh sebab itu, program ini harus berkelanjutan dan membuka ruang inovasi. Ke depan, selain penggunaan insenerator, kami berharap dapat mengembangkan alat lain seperti press sampah untuk membantu mengurangi volume sampah dan meningkatkan nilai guna,” ungkapnya.

Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat diharapkan tidak hanya mengandalkan petugas sampah, melainkan mampu melakukan pengelolaan secara mandiri. Hal ini sejalan dengan semangat Zero Waste Tourism, yakni bagaimana destinasi wisata dapat mengelola sampah dari sumbernya dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Kegiatan pelatihan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat lokal, pengelola wisata, pelaku usaha, hingga kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Kolaborasi ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program. Dengan pengetahuan dan keterampilan baru, mereka diharapkan mampu menjaga kebersihan lingkungan, meningkatkan daya tarik wisata, sekaligus membuka peluang ekonomi baru dari hasil pengolahan sampah.

BACA JUGA :
Pilkada Sumenep Sudah Dekat, Rekom PPP Belum Ada Kejelasan

Selain memberikan dampak langsung bagi Pantai Matahari, kegiatan ini juga menjadi model percontohan bagi destinasi wisata lain di Sumenep. Diharapkan praktik baik ini bisa direplikasi di berbagai kawasan wisata pesisir yang menghadapi persoalan serupa, sehingga cita-cita menjadikan Sumenep sebagai destinasi wisata ramah lingkungan dapat terwujud.

Dengan adanya program ini, Sumenep menunjukkan keseriusannya dalam membangun pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya mengutamakan keindahan alam, tetapi juga peduli pada kelestarian lingkungan. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan destinasi wisata bebas sampah dan berdaya saing di tingkat regional maupun nasional.