Berita

Hidup di Rumah Kebanjiran, Kakek 81 Tahun Ini Akhirnya Dapat Perhatian Pemerintah

1689
×

Hidup di Rumah Kebanjiran, Kakek 81 Tahun Ini Akhirnya Dapat Perhatian Pemerintah

Sebarkan artikel ini
Bupati Sidoarjo H. Subandi saat meninjau langsung kondisi rumah Sutikno di Desa Pranti.

Sidoarjo, LENSANUSANTARA.CO.ID – Di usia senjanya yang menginjak 81 tahun, Sutikno masih setia menyusuri jalan-jalan kampung. Bukan untuk olahraga pagi, melainkan mencari rongsokan demi menyambung hidup. Setiap karung bekas yang dipungutnya adalah bentuk perlawanan sunyi terhadap kerasnya hidup.

Sutikno tinggal di Desa Pranti, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Ia hidup bersama istri, anak, menantu, serta tiga cucunya dalam sebuah rumah sederhana yang kondisinya jauh dari kata layak huni. Atap dari anyaman bambu, dinding rapuh, dan lantai yang kerap tergenang air menjadi keseharian yang sudah lama mereka terima sebagai nasib.

Example 300x600

Namun Selasa pagi (23/12), takdir sedikit melunak.
Bupati Sidoarjo, H. Subandi, datang langsung menyambangi rumah Sutikno. Kunjungan itu bukan sekadar seremoni, melainkan membawa kabar yang telah lama dinanti: rumah Sutikno akan direnovasi.

BACA JUGA :
Tak Ada Lagi Antrean Cetak KTP di Sidoarjo, Layanan Kini Semakin Cepat dan Dekat

“Kondisi rumah ini betul-betul tidak layak huni. Atapnya masih dari kayu pring dan rawan banjir. Insyaallah segera kita perbaiki agar beliau bisa tinggal di rumah yang lebih aman dan nyaman,” ujar Bupati Subandi di lokasi.

Rumah Tua di Wilayah Rentan Banjir
Wilayah Desa Pranti dikenal sebagai salah satu kawasan yang rawan genangan, terutama saat musim hujan dan banjir rob. Kondisi geografis yang rendah membuat air laut kerap masuk ke pemukiman warga. Rumah Sutikno menjadi salah satu yang paling terdampak karena konstruksinya yang sudah tua dan tidak ditinggikan.

BACA JUGA :
Jembatan Tambak Cemandi Ambruk, Wabup Sidoarjo: Pembangunan Dimulai Bulan Ini

Bupati Subandi memastikan renovasi tidak hanya memperbaiki bangunan, tetapi juga meninggikan lantai rumah agar tidak lagi terendam banjir.

“Kalau hujan saja sudah banjir, apalagi kalau rob. Ini berbahaya bagi kesehatan, apalagi bapaknya sudah sepuh,” katanya.

Untuk percepatan pelaksanaan, Pemkab Sidoarjo menggandeng Baznas Sidoarjo agar renovasi bisa segera direalisasikan.

Harapan yang Akhirnya Menyentuh Tanah
Bagi Sutikno dan keluarganya, kabar ini bukan sekadar perbaikan rumah, melainkan pemulihan martabat. Selama bertahun-tahun, mereka hidup berdampingan dengan air, lembab, dan rasa cemas setiap hujan turun.

“Nek udan tok namung sak monten,” ucap Sutikno lirih sambil menunjuk genangan setinggi bawah lutut orang dewasa.

BACA JUGA :
Hari ke-8 Evakuasi Ponpes Al Khoziny, Pemkab dan BNPB Pastikan Penanganan Rampung, Doa dan Harapan Mengiringi Pemulihan

Air bisa naik lebih tinggi ketika banjir rob datang. Saat itu, aktivitas keluarga lumpuh. Tidur, makan, bahkan sekadar duduk harus menunggu air surut.

Langkah Pemkab Sidoarjo ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam program perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH) bagi warga kurang mampu. Program ini bertujuan memastikan setiap warga memiliki tempat tinggal yang aman, sehat, dan manusiawi.

Kunjungan langsung kepala daerah juga menjadi simbol kehadiran negara hingga ke lapisan paling bawah bukan di balik meja, tetapi di tengah realitas warga.

Sutikno hanya tersenyum sederhana. Tak banyak kata. Mungkin karena sebagian doanya hari itu akhirnya dijawab. (Ryo)