Banyuwangi, LENSANUSANTARA.CO.ID – Dalam gelar acara Dialog Rakyat yang diselenggarakan oleh Banyuwangi Korruption Watch (BCW) dengan tema “Transparansi Kebijakan Publik” pada Sabtu 9 Oktober 2021.
Kini pengembangan dan perluasan wilayah tambang emas tumpang pitu yang dikerjakan oleh PT. Bumi Suksesindo, kembali disorot oleh beberapa masyarakat yang turut hadir dalam Dialog Publik dan memberikan komentar pedas mengenai tambang tersebut.
Seperti bahasa yang sempat dilontarkan oleh seorang Nelayan, Firid warga Dusun Pancer. Desa Pancer Kecamatan Pesanggaran. ia mengaku bahwa adanya Tambang Tumpang Pitu sama saja meracuni ikan dilaut.
“Perlu saya sampaikan di forum ini, kami sebagai seorang nelayan merasa sangat dirugikan dengan adanya tambang Tumpang Pitu, kami menolak keras, karena akibat dari perluasan tambang itu,
Banyak ikan di laut yang mengambang, air laut seolah menjadi lumpur, akan tetapi, walaupun tambang itu merajalela terhadap mata pencarian kami,
Tidak satupun dari pemerintah Banyuwangi yang memperhatikan nasib rakyat pancer, dan kemana DPR kita, sampai saat ini apa mungkin tidak tahu.” jelasnya Farid
Sementara itu, nada keras juga disampaikan oleh Ari warga Asal Dusun Ringintelu Desa Ringintelu. Kecamatan Ringinrejo. “Saya bersama-sama saudara -saudara saya tidak akan menyerah untuk menolak keberadaan PT.BSI di tanah kelahiran kami,walaupun sampai titik darah penghabisan, Padahal sudah jelas -jelas terlihat kerusakan lingkungan sebagai dampak aktivitas tambang di Gunung Tumpang Pitu sudah jelas terjadi kok malah sekarang akan di perluas lagi.” cetusnya dengan kesal
Melalui Lalati .SH, Sebagai perwakilan masyarakat desa Sumberagung. Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi yang juga sebagai pengacara di Kabupetan Banyuwangi menjelaskan.
“Demi masyarakat saya yang berprofesi sebagai pengacara di Banyuwangi, akan siap memperjuangkan masyarakat walaupun tanpa meminta imbalan kepada masyarakat, kami akan berjuang bersama masyarakat untuk menolak perluasan kerja PT.BSI di Gunung Salakan. Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi.” kata lalati saat bersama-sama masyarakat. (Dhofir)