Trenggalek, LENSANUSANTARA.CO.ID – Mengawali program “Makaryo Neng Deso”, di Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak, Mas Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin mendapatkan keluhan petani. Selain berkeluh kesah tanaman padinya yang terserang hama wereng, para petani juga mengeluhkan hama burung pipit dan saluran irigasi yang sudah mulai usang.
Mengatasi masalah ini, para petani setempat menyampaikan aspirasinya kepada Bupati Trenggalek. Petani meminta penyemprotan pestisida untuk hama wereng yang semakin meluas. Kemudian meminta bantuan jaring untuk meminimalisir serangan Burung Pipit.
Diluar itu petani juga membutuhkan pipanisasi untuk mengalirkan aliran air dari sungai diatas bukit, kesawah-sawah warga. Dibutuhkan pipanisasi karena topografi yang ada tidak memungkinkan dibangun jaringan irigasi.
Ditambahkan oleh Kades Karangrejo, Purwadi dalam kunjungan Bupati Trenggalek itu, pola petani yang condong pada tumbuh kembang tanaman saja mengakibatkan kejenenuhan pada lahannya. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia menjadikan tanah semakin keras.
“Pola ini yang perlu dirubah, karena dengan pola ini tanah semakin keras. Petani perlu beralih pada pola tanam nenek moyang kita menggunakan pupuk dan pestisida organik, karena dengan ini tanahnya sehat,” ucap Kades Karangrejo kepada Bupati Trenggalek.
Makaryo neng desa atau bekerja di desa sendiri merupakan akselerasi yang coba dilakukan oleh kepala daerah yang akrab disapa Gus Ipin itu dalam upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
“Mulai tahun 2023 ini, setiap Hari Rabu kita canangkan menjadi kegiatan Makaryo Neng Desa’ (bekerja di desa). Seluruh OPD memang kita minta turun semuanya untuk menginventarisir masalah dan menyelesaikan masalah on the spot di situ,” ucapnya, Rabu (11/1/2023)
Salah satunya ini tadi di sisi pertanian, ada hama dan kita lakukan penyemprotan. Kemudian mereka membutuhkan air dan sebagainya, sehingga ini langsung terpotret
Kemudian kita nanti juga akan melihat pelayanan-pelayanan yang lain. Jadi seluruh OPD saat ini hampir tidak ada yang dikantor. 40% nya semua memberikan pelayanan di lapangan. Kemudian setiap Jumat-nya akan kita inventaris, biasanya di coffee morning dibahas mana saja yang bisa ditangani cepat, mana yang harus menggunakan anggaran.
Kemudian mana yang sudah ada anggarannya dan mana yang belum teranggarkan. Ini yang akan di inventarisir sehingga struktur anggaran kita kedepan sudah benar-benar berbasis kebutuhan masyarakat karena kita langsung melakukan tinjauan di lapangan.
Sedangkan yang diminta Karangrejo ini, sambungnya menambahkan, “Karena daerah persawahan yang ada di perbukitan, jadi rata-rata belum beririgasi tekhnis. Kemudian hamanya seperti wereng, burung. Antisipasi-antisipasi yang diharapkan,” imbuhnya.
“Karena mereka disini bertaninya ini hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok makan sehari-hari, kita harapkan jangan memproduksi padi/ beras dengan biaya yang mahal. Kelas pupuk organiknya juga saya minta ke sini, mengajari petani di sini untuk bisa membuat pupuk dan pestisida organik sendiri sehingga biaya produksinya murah. Kemudian gabah dan beras yang dihasilkan juga sehat,” tandas Bupati Trenggalek itu. (yanto)