Budaya

Trio Dalang Remaja di Banjarnegara Meriahkan Peringatan Hari Wayang Nasional 2024

×

Trio Dalang Remaja di Banjarnegara Meriahkan Peringatan Hari Wayang Nasional 2024

Sebarkan artikel ini
Ketua Pakasa Banjarnegara
Penampilan para bidadari saat membawakan tari Gambyong di acara Peringatan Hari Wayang Nasional 2024 di Banjarnegara, Senin, 18/11/2024. (Foto : Gunawan/Lensa Nusantara).

Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Setelah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya (Takbenda) dunia pada 7 November 2003 lalu, kini wayang yang pernah dibuat untuk menyebarkan agama Islam oleh Sunan Kalijaga, selalu diperingati setiap tahunnya oleh para seniman, budayawan, dan para dalang.

Melalui Keppres Nomor 30 Tahun 2018, yang ditetapkan di Jakarta pada 17 Desember 2018 oleh Presiden Jokowi, meskipun tidak masuk dalam hari libur, namun dengan ditetapkannya wayang sebagai Hari Nasional, tentu mempunyai makna dan kepuasan para pecintanya.

Example 300x600

Sebagai bentuk Peringatan Hari Wayang Nasional 2024, para budayawan dan seniman di Kabupaten Banjarnegara berkolaborasi bersama Pemerintah Daerah, menampilkan tiga dalang remaja, yaitu Tedy, Zaki dan Ikhsan.

Bertempat di Pendapa Dipayudha Adigraha, didepan Pj Bupati Banjarnegara Muhammad Masrofi, Sekda Indarto, Kepala OPD, Budayawan, seniman serta tamu undangan lainnya.

Dengan diserahkannya gunungan dari PJ Bupati Masrofi ke dalang, pagelaran wayang kulit dengan mengambil lakon ‘Babad Alas Wonomarto’, tiga dalang remaja begitu lihai dalam memainkan wayang kulitnya.

Menurut salah satu budayawan yang sekaligus Ketua Pakasa Banjarnegara KRAT Eko B Tirtonagoro menceritakan, lakon Babad Alas Wonomarto mengisahkan tentang kisah Pandawa yang menjalani kehidupan di hutan Wanamarta.

“Ini mengisahkan tentang Pandawa yang memutuskan memilih hutan Wanamarta, karena saat itu bersama Prabu Dretarastra yang pindah ke hutan tersebut bersama para Kurawa, dan diceritakan saat itu Raden Kurupati sedang mengalami sakit keras, namun takut kehilangan tahtanya di Hastinapura,” terang Eko, Senin, (18/11/2024).

“Saat itu Raden Puntadewa tidak memikirkan tahta, karena berfikir jika memang kepergiannya ke hutan Wanamarta bisa membuat Raden Kurupati sehat kembali maka ia akan sangat bersyukur. Dan akhirnya Pandawa memilih membangun istananya sendiri dengan segala upayanya. Itu inti ceritanya, dan wayang ini sejak dulu sebagai salah satu simbol kehidupan manusia,” tambahnya.

Sementara itu, Pj Bupati menyampaikan, Peringatan Hari Wayang adalah sebuah tradisi yang memang harus dilestarikan, menurutnya warisan leluhur tersebut dulunya sebagai wadah pemersatu bangsa.

“Pagelaran wayang ini adalah sebagai perwakilan bagaimana kayanya Indonesia dengan Budaya yang dimilikinya, apalagi sudah diakui UNESCO, dan bisa dilihat bagaimana tadi tiga dalang remaja asli Banjarnegara membawakan perannya, ini sungguh pencapaian bagus sekali, di era modern ada remaja yang bisa menjaga adat kelestarian budaya wayang yang selama ini menjadi salah satu hiburan masyarakat Jawa khususnya,” beber Masrofi.

Masrofi juga meminta, agar Peringatan Wayang Nasional bisa selalu diadakan di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya.

“Semoga acara ini tidak hanya tahun ini saja, tapi bisa dilaksanakan setiap tahun, dan tidak hanya sebagai hiburan saja, tetapi kita sebagai penonton juga bisa mengambil nilai-nilai baik, karena bisa menjadi energi baik bagi diri kita dalam menjalani kehidupan yang kita jalani saat ini atau kedepan nantinya,” pungkas Masrofi.

Sebelum pagelaran wayang dimulai, para tamu undangan juga disuguhi penampilan tari Gambyong yang dibawakan para bidadari yang masih pelajar, dengan berpakaian dari Kraton Surakarta.

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.