Daerah

Bulog Dikeluhkan Masyarakat, Komisi II DPRD Bondowoso Angkat Bicara

×

Bulog Dikeluhkan Masyarakat, Komisi II DPRD Bondowoso Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini
Kukuh Raharjo, Wakil Ketua Komisi II DPRD Bondowoso

Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID – Komisi II DPRD Bondowoso merespon keluhan masyarakat terkait hasil panen gabah yang dirasa sulit dijual ke bulog.

Wakil ketua komisi II DPRD Bondowoso, Kukuh Rahardjo, mengatakan pihaknya sudah menggelar rapat bersama bulog terkait keluhan masyarakat tersebut.

Example 300x600

“Kemarin waktu kami rapat dengan bulog, yang hadir asisten pengadaan komoditas, pak Andika, karena Kabulog ada urusan lain, kita bahas keluhan petani ini,” kata Kukuh, kepada lensanusantara.co.id, secara tertulis, Jumat (25/4/2025).

Dalam pertemuan dengan bulog tersebut, komisi II menyarankan agar bulog meningkatkan jumlah mitra gudang, sehingga kapasitas giling gabah bisa bertambah.

“Kami juga menyarankan kepada bulog, mitra gudang tidak harus dengan gudang atau selep yang besar, selep atau gudang – gudang kecil asal memenuhi kriteria mungkin bisa djadikan mitra bulog. Dengan demikian serapan gabah akan lebih menyeluruh dan maksimal” ujar Kukuh.

Selain itu, Kukuh menyebut bulog bisa dipastikan membeli gabah petani sesuai Instruksi Presiden yakni Rp 6500 per kilo untuk semua jenis padi.

“Tapi ada syarat untuk kadar air maksimal 25 persen, kadar hampa maksimal 10 persen itu yang harus dipenuhi oleh petani” tutur sekretaris DPD Golkar Bondowoso ini.

Kemudian untuk menjual gabah ke bulog, karena bulog tidak memiliki penggilingan padi, maka bulog kerjasama dengan 11 gudang atau selep, dengan kapasitas 110 ton per tiga hari.

Dengan kapasitas terbatas ini, kata Kukuh, jadwal untuk pembelian gabah juga perlu diatur dan ditata, bisa melalui petugas dilapangan, seperti PPL atau Babinsa yang ada di desa. Untuk menyesuaikan kapasitas giling masing-masing selep dan selep mana yang pada tanggal itu beroperasi untuk menggiling gabah.

“Kami juga sampaikan ke bulog agar melakukan sosialisasi yang masif ke masyarakat bagaimana mekanisme, syarat dan semua hal terkait serapan gabah ini agar masyarakat tahu, mengingat ini adalah Instruksi Presiden. Kami juga di komisi II akan bantu sosialisi ke masyarakat” pungkasnya.

Untuk diketahui, bulog dikeluhkan oleh masyarakat di Bondowoso, salah satu contoh petani di wilayah  Kecamatan Jambesari, bahkan kelompok tani kesulitan akses menjual hasil panen gabah ke bulog.

Hal tersebut disampaikan oleh Surahmad, ketua Kelompok Tani (Poktan) Desa Tegal Pasir, yang juga Ketua KTNA Kecamatan Jambesari Darus sholah, saat dikonfirmasi Lensanusantara.co.id, pada Jumat (25/4/2025).

“Kalau petani kesulitan menjual gabah ke bulog, lantas sebenarnya gabah siapa yang dibeli oleh Bulog? dari petani langsung atau ada pihak lain yang suply?” kata Rahmad.

Rahmad menuturkan, petani di Kecamatan Jambesari kesulitan untuk mengakses penjualan gabah ke bulog. Sebelum panen, ada yang sudah ambil karung di gudang mitra bulog, tapi sampai dua hari gabahnya tidak juga dijemput dengan alasan gudang overload atau penuh.

“Ini kan kebijakan pemerintah pusat lewat Instruksi Presiden, bagaimana peran bulog maksimal menyerap hasil panen petani. Tapi fakta dilapangan ya seperti ini. Kami akan sampaikan keluhan petani ini kepada pemerintah daerah sampai ke pusat,” ungkapnya.

Terkait hal tersebut, belum ada klarifikasi langsung dari bulog, pesan konfirmasi telah disampaikan kepada Kabulog Bondowoso, Hesty Retno Kusumastuti, namun ia memilih bungkam.