Banjarnegara, LENSANUSANTARA.CO.ID – Tradisi Ruwat Bumi hari kedua, yang dilakukan oleh masyarakat Desa Purwonegoro, Kecamatan Purwonegero, Kabupaten Banjarnegara, malam ini, Minggu (23/7/2024) berlangsung meriah. Pada tradisi tersebut, terlihat ribuan masyarakat berkumpul jadi satu di lapangan bojokoneng.
Namun yang sangat menarik pada ruwat bumi tahun ini adalah kirab 1000 obor, yang dilakukan masyarakat desa dengan dimulai dari wilayah RW masing-masing lalu menuju lapangan.
Dalam prosesi penyalaan api pun sangat kental dengan tradisi, yang dimana puncak acara dilakukan ritual penyalaan tiga obor besar yang sudah disediakan panitia Ruwat Bumi. Pada hari yang sama, sejak pagi sudah dilakukan kegiatan bersih makam dan pagelaran kuda kepang (eblek).
Dalam pengamatan media lensanusantara.co.id di lokasi kegiatan yang dipusatkan dilapangan bojongkoneng ribuan masyarakat, yang terdiri dari anak kecil hingga dewasa, memadati lapangan dengan membawa obor di tangannya, ditambah adanya pemadaman listrik sesaat, seolah kembali ke kehidupan zaman dulu.
“Hari kedua ini sejak pagi sudah ada kegiatan, sekitar pukul 07.00 wib semua warga bersih-bersih makam, kemudian dilanjutkan pertunjukan kesenian kuda kepang, dan malamnya ini kirab 1000 obor yang dimana dimulai dari masing-masing RW berjalan bersama menuju ke lapangan,” ungkap Kepala Desa (Kades) Purwonegoro, Rendra.
Kegiatan dua tahunan tersebut, ternyata tidak hanya warga sekitar yang ikut memeriahkan, banyak pengunjung dari desa-desa lainnya yang juga ikut menyaksikan kirab yang begitu penuh makna dan arti tersebut.
“Kirab 1000 obor menjadi moment yang sangat ditunggu masyarakat Desa Purwonegero, karena ini bukan sekedar menyalakan api, akan tetapi mempunyai makna dan arti bagi kami, yaitu untuk mengingatkan kepada manusia, gunakanlah api sebagai penerang bukan untuk membakar, yang maknanya jangan mengikuti hawa nafsu dalam kehidupan didunia ini, masyarakat juga harus bangkit dari kegelapan atau keburukan ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya,” tutur Rendra, yang juga Ketua FKPD Banjarnegara itu.
Ditemu di acara, menurut sesepuh Desa Purwonegoro, H.Toto Hardono kepada wartawan lensanusantara.co.id secara khusus menyampaikan. “Api adalah sumber kehidupan dan juga sebuah lambang penyemangat, secara kesakralan juga bisa untuk menetralisir aura negatif dalam diri manusia, semoga setelah adanya prosesi 1000 obor ini, masyaratkan Purwonegoro khususnya terlndungi dari segalak balak atau penyakit,” ungkap Toto.
Usai kegiatan, masyarakat yang hadir dilarang membawa pulang lagi obor yang terbuat dari bambu yang dikasih minyak tanah dan kain sebagai sumbunya itu. Semua dijadikan satu ke tempat yang sudah disediakan panitia untuk dipadamkan bersama. (Gunawan).