Bantaeng, LENSANUSANTARA.CO.ID – Bupati Bantaeng, Ilham Azikin melaksanakan Sholat Idul Adha 1444 Hijriah di Desa Borongloe, Kecamatan Pa’jukukang, Kamis (29/6). Bersama ratusan warga, pelaksanaan sholat berlangsung khidmat.
Bupati Bantaeng, Ilham Azikin dalam sambutanya mengatakan, perayaan Idul Adha bukan sekadar kegiatan rutin dan formalitas setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam penanggalan kalender Islam. Lebih dari itu, Idul Adha adalah momentum menguatkan identitas keagamaan.
“Mari merenungkan keikhlasan dan kuatnya ketaatan beragama Nabi Ibrahim Alaihis Salam, mengorbankan putranya, Nabi Ismail, karena Lillahi Ta’ala. Ridho dan pengampunan Allah SWT adalah satu-satunya tujuan dalam rentang perjalanan panjang umat manusia,” kata Bupati peraih penghargaan ketahanan pangan terbaik nasional itu.
Dalam konteks kemasyarakatan, Idul Adha dipahami sebagai ajang menguatkan persaudaraan dan cinta kasih kepada sesama. Saling membantu tanpa pamrih, berkurban atas kuasa, harta dan kelebihan yang dimiliki.
“Idul Adha mendorong kita tumbuh sebagai warga yang bersatu, peduli dan berempati sehingga menjadi medium terbentuknya ikatan sosial yang kuat di masyarakat, sebagaimana pesan dan warisan nilai para tokoh pendahulu: Ikatte ri Butta Toa, adaka’ kipammempoi, karampuanta kiparek tope kalimbuk. Saya telah melihat bagaimana nilai-nilai baik tumbuh dan diperankan di banyak dusun, desa di seluruh wilayah Bantaeng,” kata Bupati peraih penghargaan peningkatan produksi pertanian itu.
Dia melanjutkan, berbagai jenis inisiasi, ide dan gagasan, terus bermunculan dan berkelanjutan dari waktu ke waktu. Gerakan dan aksi sosial masyarakat, inisiasi pendidikan, berbagai inovasi mengatasi masalah, sesungguhnya adalah perwujudan dari semangat berkurban, semangat kemanusiaan untuk saling menopang.
“Untuk itu, sebagai warga Butta Toa, mari menjadikan adat, agama dan budaya sebagai panduan hidup, keramahan dan kepedulian kepada sesama sebagai kebiasaan. Dengan begitu, maka pemerintahan menjadi kuat dan kokoh karena tidak hanya diperjuangkan dan tegak pada satu pihak tapi merata diperjuangkan oleh seluruh warga. Inilah salah satu aspek yang kita perjuangkan kurang lebih empat tahun tujuh bulan, pemerintahan yang baik dan partisipatif,” kata peraih penghargaan Tokoh Penggerak Koperasi Madya dari Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) itu.
Dia menjelaskan, sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1444 H adalah perayaan hari kurban yang terakhir dalam masa pemerintahannya bersama Wakil Bupati Bantaeng, Sahabuddin. Visinya jelas, masyarakat sejahtera lahir batin, maju, unggul dan berkeadilan berbasis agama dan budaya lokal.
“Tentu banyak program yang sudah dilakukan dan semoga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Menjelang akhir periode pemerintahan kami, saya bersama Wakil Bupati Bantaeng, ingin mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, sokongan dan kerjasama semua pihak. Para alim ulama, tokoh masyarakat, mitra pemerintah DPRD Bantaeng, Forkopimda, serta khususnya kepada masyarakat Bantaeng. Hidup ini punya siklusnya sendiri. Lahir, tumbuh, kemudian mati. Yang membuatnya abadi adalah kebermaknaan,” kata dia.
Dia mengatakan, kebaikan apa saja yang telah ditunaikan dan dirasakan manfaatnya oleh warga dan khalayak banyak. Seluruh usaha dan ikhtiar kita semuanya berujung pada kesejahteraan warga.
“Tentu saja, bapak ibu yang bisa menilainya. Kugannakkimi nakke, anu tenayya lakbinna, masukku’ tommi tenaya pantaranganna. Bahwa kami telah bekerja sesuai dengan kesanggupan. Memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya tersedia. Tentu masih banyak kekurangan dan beberapa program butuh berkelanjutan. Tapi waktu jualah yang membatasi. Semoga seluruh usaha dan ikhtiar ini menjadi bagian dari semangat berkurban, semangat
perayaan Idul Adha,” imbuh dia.
“Akhirnya, mengakhiri sambutan saya, izinkan menyampaikan ulang kearifan yang telah diwariskan para tetua kita. Tutuki maklepa-lepa, makbiseang rate bonto, tallangki sallang, nanasakkokki alimbukbuk. Manna bajik passarea, arusuk passidakkaya, bajikang tonji, pakmaik tamamminraya. Bersama Kita Baik,” tambahnya. (Fahmi)