BONDOWOSO, LENSANUSANTARA.CO.ID – Jasad dan kain kafan seorang ulama di Bondowoso saat makamnya dibongkar masih utuh.
Jasad dan kain kafan seorang ulama itu utuh meskipun sudah meninggal dunia sudah sejak 4 tahun yang lalu.
Diketahui jasad dan kain kafan ulama tersebut adalah almarhum Kyai Baidlowi bin H Abdus Syukur. Ia merupakan pendiri Pondok Pesantren Bustanul Ulum, di Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Jawa Timur.
Peristiwa itu diketahui setelah sejumlah media sosial dan media chatting WhatsApp ramai memposting video pembongkaran makam seorang kyai di Bondowoso.
Dalam keterangannya saat di postingannya, meskipun sudah dimakamkan empat tahun lalu. Ternyata jasadnya seorang ulama itu masih utuh.
Kyai Ali Rohbini, Putra mendiang almarhum Kyai Baidhowi membenarkan, jika makam ayahnya dibongkar, Jumat (25/2/2021) kemarin.
Lebih lanjut, Kyai Rahbini menerangkan, pembongkaran dilakukan, karena makam almarhum ambruk yang diakibatkan pengaruh air hujan.
Ambruknya makam almarhum mabrum sudah dua hari yang lalu, namu Rahbini baru mengetahui
“Sebenarnya katanya sudah dua hari. Tapi saya baru tahu kemarin,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (26/2/2021).
Dia mengaku mengetahui setelah diberitahu salah seorang pekerja di Ponpes Bustanul Ulum. Setelah itu kemudian mengecek ke lokasi.
“Saya berdua sama tukang. Ternyata memang mabruk,” imbuhnya.
Dia membeberkan, almarhum Kyai Baidhowi sekaligus Pendiri Pondok Pesantren Bustanul Ulum Pekauman, Grujugan Bondowoso tersebut, lahir 1942 dan wafat pada Hari Jumat 2 Juni 2017. Bertepatan dengan 7 Ramadhan 1438 H.
Awalnya kata dia, tanah yang ambruk itu rencananya mau langsung ditimbun tanah baru. Tapi karena kelihatannya parah, sehingga harus dibongkar dan dikeruk.
Dia menceritakan, ketika sampai di bawah. Sangat terang kelihatan jasad almarhum masih utuh. Ia juga melihat kain kafan yang asli masih juga utuh dan posisinya masih menghadap ke arah kiblat.
Namun demikian, kain kafan yang lama warnanya kecoklat-coklatan, karena terkena tanah dan air. Tetapi masih utuh.
Meskipun jenazah masih utuh seperti baru meninggal. Namun dia tidak berani membuka keseluruhan kain kafan.
“Saya tidak kuat menahan air mata. Maka buru-buru saya bungkus atau dilapisi kain kafan baru. Artinya kain kafan lama sudah layu. Tidak seperti dalam foto-foto,” jelasnya.
Meskipun tidak dibuka secara utuh. Dia memastikan, bahwa tidak ada satu pun ruas atau sendi jenazah yang lepas.
“Tetapi saya membuka bagian wajah. Agar menyentuh kiblat, sesuai tata cara pemakaman dalam Islam,” terang kiai yang saat ini sebagai pengasuh tersebut.
Dia mengaku membalik punggungnya saat mengkafani, dan bagian kakinya juga ikut terbalik.
“Artinya tak ada ruasan tubuh yang lepas. Itu setelah saya cek sendiri. Dari ujung kaki sampai ujung kepala utuh,” tegasnya.(Rahman/Yadi)