BeritaNasional

Nasim Khan Kapoksi F-PKB Meminta Induk Holding PTPN Group dan PT. Sinergi Gula Nusantara untuk Bertindak Tegas dan Profesional serta Merangkul Semua PTPN

×

Nasim Khan Kapoksi F-PKB Meminta Induk Holding PTPN Group dan PT. Sinergi Gula Nusantara untuk Bertindak Tegas dan Profesional serta Merangkul Semua PTPN

Sebarkan artikel ini

Jakarta, LENSANUSANTARA.CO.ID – Ketua Kelompok Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (Kapoksi F-PKB), Nasim Khan meminta pemerintah untuk menyampaikan road map kebijakan swasembada gula nasional ke DPR sebelum terbentuknya holding pabrik gula Sugar Company atau SugarCo.

Menurutnya, kemandirian, swasembada gula nasional dan peningkatan kesejahteraan petani serta menjaga stabilitas harga gula di ritel hanya bisa dilakukan jika persoalan industri gula nasional diselesaikan secara profesional dari hulu hingga ke hilir.

Example 300x600

Sebab, hal ini saling terkait antara kemampuan daya saing gula domestik dan keberlanjutan produksi bahan baku di dalam negeri.

“Masalah holding ini saya mohon agar dilakukan dengan profesional, kompetitif, (semua PTPN harus) di rangkul pak, ” kata Nasim Khan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI DPR RI dengan Dirut PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), Dirut PT. Perkebunan Nusantara II, Dirut PT. Perkebunan Nusantara VII, Dirut PT. Perkebunan Nusantara IX, Dirut PT. Perkebunan Nusantara X, Dirut PT. Perkebunan Nusantara XI, Dirut PT. Perkebunan Nusantara XII, Dirut PT. Perkebunan Nusantara XIV, terkait Progres Pembentukan Holding Pabrik Gula (SugarCo), di Jakarta, Senin (20/9/2021).

Untuk membenahi tata kelola industri gula nasional, semestinya gagasan-gagasan itu dituangkan dalam kebijakan yang tegas dan disusun dengan matang dan komitmen yang kuat.

“Didalam holding ini, Evaluasinya belum ada pak, disini juga belum jelas estimasinya (lalu) bagaimana skema pembayarannya, konsorsiumnya bagaimana. Kewajibannya para pihak bagaimana? Tolong dijelaskan pak,” katanya.

Menurut Nasim, penyusunan rencana yang matang dan komitmen kuat diperlukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang muncul di kemudian hari. Sebab, apabila tidak disiapkan dengan matang, dia khawatir pembentukan SugarCo ini malah berujung pada penjualan aset negara yang dikelola BUMN terkait.

Diketahui, Induk Holding PTPN Group, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) berencana membentuk PT SugarCo dengan proyeksi investasi sebesar Rp23 triliun. SugarCo nantinya merupakan gabungan seluruh pabrik gula milik negara yakni PTPN II, PTPN VII (PT BCAN), PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII (PT IGG), dan PTPN XIV.

Pembentukan SugarCo akan dimulai dengan spin-off aset pabrik gula secara utang. Selanjutnya, PTPN Group akan melakukan divestasi saham kepada investor yang berminat maksimal 49%.

“Saya lihat hanya ada dukungan dari Indonesia Investment Authority (INA; Lembaga Pengelola Investasi) saja investornya ya kan, dan seandainya ini tidak berhasil bagaimana pak? Siapa yang harus bertanggung jawab. Nah. Oleh karena itu, ini semuanya harus ditata begitu pak. Ya kan. Saya minta tolong semuanya datanya diperjelas dan dibahas lagi,” tegas Wakil Bendahara Umum PKB ini.

Wakil rakyat asal Dapil III Jawa Timur (Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi) ini kembali meminta kepada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) selaku Induk Holding PTPN Group dan PT Sinergi Gula Nusantara untuk bertindak tegas dan profesional serta merangkul semua PTPN tanpa palah pilih.

“Berbicara gula, PTPN XI merupakan PTPN terbaik (dalam menghasilkan gula). Baik itu rendemen maupun produksinya. Jadi, tolong, PTPN XI ini dirangkul,” kata Bang NK, sapaan akrab Nasim Khan.

Dorong Revitalisasi Pabrik Gula

Revitalisasi berbagai pabrik gula, kata Nasim, merupakan langkah penting guna melesatkan produktivitas perkebunan tebu yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Banyaknya pabrik-pabrik gula yang sudah tua dan tidak lagi efisien, menghasilkan gula dalam negeri yang mahal dan harganya lebih tinggi dari gula impor.

“Dari data tadi sudah jelas pak. Kita punya pabrik gula 62. Pabrik BUMN 43 dan 19 swasta. Tetapi yang kita masukan revitalisasi itu sebagian. Kalau saya setuju revitalisasi dilakukan daripada pembangunan. Otomatis (lebih mudah). Kenapa pak?. Karena revitalisasi itu kan lahan sudah ada. Tinggal di kembangkan lagi secara maksimal dengan produk yang luar biasa dari pada membangun,” ujar Nasim.

Kendati revitalisasi pabrik gula sangat penting dan dianggap sebagai jalan terbaik, Nasim tetap mempertanyakan pertanggung jawaban Penyertaan Modal Negara yang telah disuntikan ke beberapa perusahaan BUMN PTPN waktu lalu.

“Ini bukan uang kecil pak, ini uang besar, efeknya pun sangat besar, mulai dari efek produksi, efek kemasyarakatan dan segala halnya (suntikan) PMN ini.. Tolong pak ditinjau pak,” katanya.

“Saya minta pertanggung jawaban dan report PMN sebelumnya sampai sekarang. Karena ini sebagai dasar atau basic untuk kita berbicara tentang holding untuk memperkuat PTPN,” tegas dia.

Dan apabila pemerintah akhirnya tetap menginginkan revitalisasi pabrik – pabrik gula, Nasim meminta agar Pabrik gula yang ada di daerah situbondo bisa direvitaliasi.

Diketahui, didaerah Situbondo saat ini ada empat Pabrik Gula. Ke empat pabrik gula itu yakni, PG Olean, PG Wringinanom dan PG Panji serta PG Asembagus.

“Kalau yang di Situbondo bisa direvitalisasi. (Tolong) direvitalisasi pak, kembangkan dan dipantau revitalisasinya, PMN nya pak. Jangan sampai ditutup pak. Kasihan sekali masyarakat. Masyarakat butuh sekali disitu,” katanya.

Tolak Penutupan Pabrik Gula

Pada kesempatan ini, Nasim Khan secara tegas menolak adanya isu yang dihembuskan sejumlah pihak yang ingin menutup Pabrik Gula di daerah Situbondo tersebut.

Sebab, penutupan pabrik gula itu dipastikan hanya membuat petani tebu semakin sengsara dan roda ekonomi di situbondo secara perlahan semakin terperosok dalam kemiskinan dan cita-cita swasembada gula makin sulit terwujud.

Selain itu, tegas nasim, apabila Pabrik gula di Situbondo ditutup, peningkatan kesejahteraan petani tak bakal bisa diraih dan untuk memulihkan ekonomi, sosial masyarakat juga butuh waktu yang sangat lama sampai puluhan tahun

“Kita harus berpikir panjang. Seandainya nanti ditekan terus dan ada penutupan pabrik – pabrik seperti di situbondo, yang sebagaimana kita tahu, pabrik terbesar dan terbanyak di Indonesia itu adanya di Jatim, PTPN XI, khususnya di Situbondo ini efeknya, resikonya sangat luar biasa, efeknya ke Holding dan oleh karena itu kita harus membahasnya,” katanya. (Red)

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.

Tinggalkan Balasan