Bondowoso, LENSANUSANTARA.CO.ID –
Mantan dewan riset daerah (DRD) Kabupaten Bondowoso, menilai prestasi yang diraih oleh pemkab Bondowoso ditengah kemelut politik saat ini, merupakan capaian kinerja yang luar biasa.
Mengawali tahun baru 2022, prestasi demi prestasi dicapai oleh Pemkab Bondowoso, seperti prestasi kepatuhan tertinggi standar pelayanan publik dari Ombudsman RI, dan penghargaan pertama dalam mendorong percepatan pembangunan desa mencapai status berkembang, maju, dan mandiri, dari Kementerian desa.
Disusul dengan meraih Indeks Inovasi Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota tahun 2021. Kabupaten Bondowoso berhasil ditetapkan di ranking ke 26 sebagai Daerah yang Inovatif dengan nilai 58,57.
Mantan Dewan Riset Daerah (DRD) Kabupaten Bondowoso, Rudi Imam menyampaikan apresiasi atas prestasi Pemkab tersebut. Dia menyebut, bahwa dalam prestasi yang diraih Pemkab itu merupakan peran serta semua pihak dari eksekutif, Sekda, Wabup, OPD, dan juga legislatif.
Rudi mengatakan, peran Wabup dan sekda serta OPD juga Partai pendukung pemerintah dalam pembangunan di Bondowoso bisa dilihat dengan mata telanjang, sedangkan ada peran tangan-tangan lain tak kasat mata alias tak terlihat secara langsung.
“Selain eksekutif dan legislatif, pasti ada peran invisible hand (tangan tak terlihat) dilingkaran Bupati yang bekerja tak kasat mata” ujar Rudi, Sabtu (1/1/2022).
Rudi Imam dalam asumsinya mengatakan demikian, karena dia adalah sosok yang pernah menjabat sebagai Dewan Riset Daerah (DRD) sebelum namanya diganti menjadi tim percepatan pembangunan daerah (TP2D). Yang paham betul kondisi internal Pemkab Bondowoso.
Dalam capaian prestasi yang diperoleh Pemkab Bondowoso itu, Rudi mengungkap ada invisible hand (tangan yang tak terlihat) di lingkaran Bupati yang membantu terobosan-terobosan perbaikan sistem birokrasi dan pelayanan publik.
Namun, Rudi tidak menyebut gamblang siapa yang dimaksud invisible hand tersebut, dia hanya meng-analogikan bahwa invisible hand itu bekerja tidak kasat mata.
“Bisa saja invisible hand adalah Tuhan yang maha kuasa, dan secara dzahiriyah bisa saja itu orang dilingkaran Bupati yang bekerja keras mambantu Bupati memperbaiki sistem yang ada” kata Rudi sedikit berfilsafat.
Ketika awak media mencoba mengorek lebih jauh, apakah invisible hand dimaksud adalah TP2D? Rudi hanya menjawab dengan senyuman khasnya.
“Ayo kopinya diminum, nanti dingin, jangan tegang” ucap Rudi mengalihkan pembicaraan kepada wartawan.
Situasi saat ini, kata Rudi, dimana pihak eksekutif dan legislatif tidak harmonis, bahkan saling menyerang, hal itu menurut Rudi bagian dari dinamika politik yang sedang berjalan di pemerintahan SABAR.
Dia memaparkan, jika berbicara kekurangan dan kelebihan, tentu eksekutif dan legislatif sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan bersama.
Oleh sebab itu, sambungnya, tak perlu saling mencari kelemahan masing-masing.
“Jika melihat pak Bupati, gayanya memang kayak gitu, cara memimpinnya khas pesantren, karena beliau seorang kyai” imbuhnya.
Sebagai masyarakat, lanjut dia, pihaknya berharap kepada wakil rakyat (anggota dewan) untuk terus mensupport pemerintah dalam mencapai target pembangunan.
“Disamping mengkritisi, bapak dewan juga harus memberikan support, solusi dan pandangannya untuk pembangunan Bondowoso” ucap dia.
Rudi berharap, prestasi yang sudah dicapai oleh Pemkab Bondowoso bisa ditingkatkan, serta dukungan legislatif sangat dibutuhkan dalam meraih target pembangunan baik jangka menengah maupun jangka panjang bagi masyarakat Bondowoso.
“Agar masyarakat tidak menjadi korban kepentingan, apalagi ditengah situasi yang serba sulit ini. Maka hendaknya eksekutif dan legislatif fokus bekerja saja untuk masyarakat sesuai sumpah jabatan yang diamanahkan kepadanya, dari pada saling mencari kelemahan masing-masing, masyatakat ingin Bondowoso ini maju ” pungkasnya
Reporter: Ubay