Daerah

Empat Nyawa Melayang di Magetan, PT. KAI Tak Sampaikan Belasungkawa

46
×

Empat Nyawa Melayang di Magetan, PT. KAI Tak Sampaikan Belasungkawa

Sebarkan artikel ini
Pegawai Pemkab Magetan yang berdinas di Kantor Kecamatan Barat jadi korban kecelakaan kereta vs motor pada Senin 19 Mei 2025. (Pemkab Magetan)

Magetan, LENSANUSANTARA.CO.ID – Empat orang tewas dan empat lainnya mengalami luka berat dalam kecelakaan tragis di perlintasan sebidang tanpa palang pintu, JPL No. 08 Km 176+586, wilayah Emplasemen Magetan, Kelurahan Mangge, Kecamatan Barat, Senin siang (19/5/2025). Enam sepeda motor disapu habis oleh KA Malioboro Ekspres dalam hitungan detik. Peristiwa ini kembali menelanjangi lemahnya sistem keselamatan perkeretaapian di wilayah rawan kecelakaan, terutama di jalur Daop 7 Madiun.

Ironisnya, dalam pernyataan resmi, Manajer Humas PT KAI Daop 7 Madiun, Rokhmad Makin Zainul, hanya menyebut pihaknya “menyayangkan insiden ini dan mengimbau masyarakat untuk mematuhi rambu lalu lintas.” Tak ada ucapan belasungkawa, apalagi empati yang menunjukkan kepedulian terhadap nyawa para korban. Kalimat normatif yang terkesan cuci tangan ini memicu kritik tajam dari berbagai pihak.

Example 300x600

Saat dikonfirmasi lebih lanjut oleh awak media, Humas PT KAI hanya merespons dengan mengirimkan siaran pers dan Zainul menjawab singkat melalui WhatsApp

BACA JUGA :
Satpol PP Magetan Gelar Kembali Sosialisasi Pencegahan Rokok Ilegal dan Pemanfaatan DBHCHT di Desa Klagen

“(Pers release), mohon maaf, komunikasi sibuk, melayani satu per satu.”

Sayangnya, dalam siaran pers yang di kirim tersebut pun tak tercantum sepatah kata ucapan duka. Sebuah respons yang dinilai minim empati dari institusi sebesar PT KAI.

Sedangkan beberapa pekan sebelumnya, awak media juga sempat mengonfirmasi insiden serupa di perlintasan wilayah Bungkus Kaligunting, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Saat itu, warga melaporkan bahwa palang perlintasan ditutup setelah kereta lewat. Namun saat dikonfirmasi, Humas PT KAI lainnya, Uchy, justru balik bertanya:

“Itu dijaga resmi oleh KAI atau oleh Dishub, mbak?”

Alih-alih memberi klarifikasi yang solutif, pernyataan ini justru memperlihatkan lemahnya komitmen terhadap keselamatan publik, dan menambah daftar panjang sikap defensif PT KAI terhadap maraknya kecelakaan di jalur perlintasan.

BACA JUGA :
Sambut Hari Jadi ke-349, Pemkab Magetan Ziarah Makam Leluhur

Publik pun mempertanyakan, apakah keselamatan warga hanya dijamin jika perlintasan dijaga langsung oleh KAI? Lantas bagaimana dengan ratusan perlintasan lainnya yang tak jelas pengelolaannya, namun setiap hari dilalui warga?

Kapolres Magetan, AKBP Erik Bangun Perkasa, dalam keterangan persnya mengungkapkan bahwa kecelakaan bermula setelah KA Matarmaja melintas dan palang perlintasan dibuka. Beberapa saat kemudian, KA Malioboro Ekspres datang dari arah berlawanan dan menghantam para pengendara yang sudah terlanjur menyeberang.

“Kecelakaan terjadi setelah KA Matarmaja melintas dari satu arah dan palang dibuka. Namun tak lama kemudian KA Malioboro Ekspres datang dari arah berlawanan dan langsung menghantam para pengendara,” ungkapnya.

Fakta ini menunjukkan bahwa tragedi bukan semata akibat kelalaian pengguna jalan, tetapi juga karena kegagalan sistemik, lemahnya koordinasi antar petugas, absennya sistem peringatan dini, serta buruknya tata kelola keselamatan di perlintasan sebidang.

BACA JUGA :
Anggota DPRD Magetan Rita Haryati, Gelar Reses di Desa Blaran

Memang, menurut UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, pengguna jalan wajib mendahulukan kereta api. Namun, dalam kondisi perlintasan tanpa palang, tanpa sinyal, dan tanpa petugas andal, kewajiban hukum ini menjadi tidak adil dan berbahaya.

Tragedi Magetan ini seharusnya menjadi alarm keras bagi PT KAI, pemerintah daerah, dan Kementerian Perhubungan untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Bukan hanya mengimbau, melainkan harus ada tindakan nyata, pembangunan palang otomatis, pemetaan titik rawan, dan kolaborasi antarinstansi demi keselamatan bersama.

“Nyawa manusia bukan statistik,” ujar seorang warga di lokasi kejadian. “Jangan tunggu tragedi berikutnya baru bergerak.”