Religi

Perdana IKAKAS Bantaeng Gelar Bedah Kitab Anregurutta KH. Muhammad As’ad Al Bugisi

×

Perdana IKAKAS Bantaeng Gelar Bedah Kitab Anregurutta KH. Muhammad As’ad Al Bugisi

Sebarkan artikel ini
Kabupaten Bantaeng
Asisten 1 Setda Bantaeng Bersama Kakan Kemenag saat menghadiri acara Bedah Kitab di ruang pola kantor Bupati Bantaeng, (Jum'at, 30/12/22). (Foto: Fahmi/LensaNusantara)

Bantaeng, LENSANUSANTARA.CO.ID — Perdana Ikatan Alumni dan Keluarga As’adiyah (IKAKAS) Kab. Bantaeng menggelar bedah kitab Manâhilul Ulûm kumpulan tiga kitab karya Puang Sade’ sapaan akrab al-‘Alim al-‘Allâmah Anregurutta KH. Muhammad As’ad al-Bugisi, pendiri Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang.

Kegiatan yang bertempat di ruang pola kantor Bupati Bantaeng, Jumat (30/12/2022), ini dihadiri oleh Asisten I, Kakan Kemenag, IKAKAS Bantaeng dan simpatisan sebagai rangkaian kegiatan Haul Ke-70 Puang Sade’.

Example 300x600

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Jarang sekali IKAKAS yang ada di luar Kota Sengkang melaksanakan bedah kitab tentang kitab-kitab As’adiyah,” kata Dr. Kamaluddin Abunawas, M.Ag, Wakil Ketua Pengurus Wilayah NU Provinsi Sulawesi Selatan sebagai narasumber.

Kegiatan semacam ini yang selalu saya dorong agar terus diselenggarakan. Terutama di As’adiyah Pusat Sengkang untuk menghidupkan kembali kitab-kitab Anregurutta, yang dulu menjadi kitab pelajaran di pesantren.

“Zaman saya dulu saat mondok di As’adiyah, kitab-kitab ini yang kita jadikan sebagai pegangan. Dan sekarang sudah banyak ditinggalkan,” sambungnya.

Manahilul Ulum sebagai kumpulan karya Puang Sade’ memuat tiga kitab dalam bentuk nadzom atau syair: Kaukabul Munir fi Ushulit-Tafsir, Sullamil Usul fi Usulul Fiqh dan Washiyyah Qayyimah.

Ada dua ilmu besar dalam kitab tersebut. Pertama ulumul-qur’an atau bisa juga disebut usul tafsir dan usulul-fiqh atau kaidah kaidah fiqh. Dan satu lagi kitab beliau yang tidak dimuat dalam Manahilul-Ulum yaitu usul hadis. Dan itu juga ditulis dalam bait-bait syair.

“Menyusun karya tulis ilmiah dalam bahasa Arab itu sulit. Apalagi kalau menyusun karya ilmiah dalam bentuk syair itu lebih sulit lagi. Bahkan super sulit. Syair Arab itu syair yang paling sulit di dunia,” ujar doktor jurusan sastra Arab alumni cumlaude pertama di IAIN Makassar itu.
Dr. Kamal juga menambahkan, kitab Manahilul-Ulum harus direvisi ulang karena banyak kesalahan tim penyusun.

Khususnya pada harkat bukan teksnya. Dalam bahasa Arab, salah baris kan salah.
“Kalau kitab aslinya betul. Gurutta Sade’ adalah ulama berkaliber Internasional. Bukan kaleng-kaleng beliau itu,” pungkas Ilham Anggota Ikakas Bantaeng. (Fahmi)

**) IIkuti berita terbaru Lensa Nusantara di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.